Rabu, 28 Agustus 2013

Puisi sang pendaki

Foto-0075Kerinduan nyanyian alam,
Membawa angan melayang,
Susuri tapak-tapak kaki silam,
Tertutup semak berduri dan berdebu,
Yang sekian lama menyesak kalbu,

Menguji kekuatan sanubari kehidupan demi kehidupan,
Menuju puncak kehormatan meski tanpa bentuk,
Seperti terlukis dalam benak. Semakin lama langkah tak terkendali, terseok-seok
Jatuh bangun, kadang keluar jalur setapak
Aku tersentak, bingung, kagum, penat, …
Entah apalagi
Terdiam berdiri kutoleh ke segala penjuru arah
Oh… ternyata harus jengah sejenak mengusap keringat
Dingin berselimut kabut terasa menusuk belulang
Terduduk lamunan membawa bimbang
Pada seluruh perseteruan rasa, asa, dan maut…
Namun, gejolak itu cepat mereda terbuai
Rona alam yang tak asing dalam ingatan
Keabadian edelweis mengejek sisa-sisa semangat
Aku marah …
Aku berontak menggandeng segenap rasa
Yang bersemayam dalam diri mencoba jejakkan langkah
Pada episode selanjutnya
Akhirnya, …
Perjalanan hidup mati ini pun sampai pada puncaknya
Sembah sujud mencium tanah kebebasan
Sembari histeris mengagungkan nama Ilahi
Dan …
Terdiam kurenung menyadari
Begitu banyak puncak yang belum terdaki,
Ternyata masih belum waktunya
Melepas tawa-tawa bahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar